Mbuh Piye Carane
*diterbitkan di kolom Edupark suara Merdeka
Pengalaman hidup selalu tidak
mudah untuk diceritakan, namun terlalu mudah untuk dapat dilalui seiring
berjalannya waktu. Oh, terbalikkah? Ternyata tidak, karena masing-masing
pribadi memiliki beragam cara untuk dapat menyelesaikan persoalan yang sedang
dihadapinya. Strategi menyelesaikan masalah tersebut dalam psikologi disebut
sebagai strategi coping. Nah,
strategi coping ini sudah merupakan
paket lengkap dari Yang Maha Kuasa atas perangkat lunak yang diciptakanNya,
yang kemudian diberi label sebagai “manusia”.
Coping yang dibekalkan kepada manusia ini pun juga berbeda-beda
tingkatan atau levelnya. Ia sudah mengukur dengan pasti sesuai dengan masalah
yang akan diujikan kepada manusia. Ada orang yang kayanya hingga tuju turunan
tidak bakal usai, tapi dibekali dengan masalah rumah tangga yang takkunjung
usai pula. Ada pula, yang ia sangat dimudahkan dalam menyekolahkan
anak-anaknya, tetapi tiada berharta. Sejatinya, harta, tahta, kata (baca:ilmu),
cinta dan bahagia adalah hak setiap manusia. Namun, bagaimana hak-hak ini bisa
sampai sepenuhnya kepada manusia? Pernah suatu waktu, saya membaca jawaban
seorang Romo di sebuah rubrik curhat media cetak. Keterangan yang disampaikan pembaca cukup panjang yang
diakhiri dengan pertanyaan, ‘kapan saya akan sukses?’. Jawaban yang sangat
cerdas dari sang Romo, ‘Kemalasan adalah yang menghambat kesuksesan Anda”.
Ternyata, coping itu tidak selalu bersifat positif. Ada pula yang negatif.
Malas merupakan salah satu hal yang mampu menghambat kesuksesan. Ungkapan,
“nanti dulu, masih ada waktu”, “ah, esok aja deh”, atau “ah, males ah, kamu aja
deh yang ngerjakan” adalah hal-hal yang sering kita temui di lingkungan sosial
kita. Malas, adalah tanda bagi orang yang tidak melaksanakan kewajibannya. Mana
bisa ia memperoleh haknya jika ia tidak mengerjakan apa yang menjadi kewajiban?
Nah, ada juga strategi coping yang menurut saya, sangat
“njawani”. Mbuh piye carane. Ungkapan
ini akan dilantunkan oleh orang-orang yang rajin, gigih, berkemauan keras untuk
mendapatkan sesuatu. Dalam hidup, tipe orang yang mempergunakan mantra ini
dapat dibedakan menjadi dua kategori. Kategori negatif dan positif. Kategori
negatif adalah orang-orang yang akan menghalalkan segala cara, apapun itu untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan. Apapun berarti baik itu cara yang benar
secara norma sosial ataupun cara-cara yang salah. Contoh, jika di lingkungan
pendidikan saat pelajar ingin mendapatkan nilai yang baik maka ia akan
mengeluarkan jurus mencontek, beli kunci jawaban atau menyuap guru. Sedangkan
tipe orang yang menggunakan mantra “mbuh piye carane” dalam kategori positif,
ia akan mengerahkan segala daya dan upaya tetapi masih tetap dalam koridor yang
benar baik secara norma sosial maupun agama. Ia merupakan pribadi yang pantang
menyerah, namun tetap halal dengan cara dan piranti yang halal pula.
Inilah mungkin, salah satu mantra
yang diperlukan oleh masyarakat kita ketika menghadapi suatu persoalan. Karena
sejatinya, persoalan manusia itu hanya berasal dari dua sumber, pernah berbuat
maksiat atau darimana hartanya berasal. Jika ingin terbebas dari dua sumber
masalah manusia ini, mbuh piye carane,
kudu dilakoni. Niscaya, harta, tahta,
kata (baca:ilmu), cinta dan kebahagiaan yang mendamaikan jiwa akan hinggap
dengan sendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar